Senin, 18 Mei 2015

Alhijr dan batu-batu




Bismillah, alakulli ni’mah
 Tersebutlah dalam sebuah alkisah seorang yang pergi berguru mengaji kepada seorang mursyid sangguru namnya,

 alkisah menyebutkan seorang pemuda yang masih belia itu berjalan dari sebuah kampung menuju kampung berikutnya hingga sampai pada sebuah persimpangan jalan.
Dalam hatinya timbul syakwasangka akan kepergiannya dalam menuntut ilmu, namun berbekal keteguhan dalam bathinnya dia melawan bisikan nafsu syaiton yang menjejal dalam jiwanya, dan menghentakkan semangat pantang surut. Lannjuut.

Disebuah desa pemuda bertemu dengan seorang tua, maka sang pemudapun bertanya tentang keberadaan sangguru mursyid yang menjadi tujuannya, maka seorang tua dengan amat meyakinkan mengabarkan bahwa sangguru telah lama pindah dan berada disuatu tempat yang sangat jauh dari keramaian.

Hati pemuda itupun kembali goyah, namun dilawanya kembali rasa putus asa dengan semangat baja yang di asahnya bertahun-tahun demi sebuah kesempurnaan diri, sembari mengucap terimakasih atas berita yang diwartakan keatas dirinya sang pemudapun tak berhenti disi.

Sesampainya dihadapan mursyid sang pemuda kemudian menceritakan ihwal kedatngannya dari tempat yang teramat jauh, untuk menimba ilmu pengetahuan, sangguru, mursyid yang di tuju pemudapun menerawang dan memahami sorot mata pemuda yang sangat sungguh-sungguh itu, maka dengan karomahnya dibimbinglah pemuda itu bersila pada tepian kolam kecil yang disudutnya terdapat mata air dan sanggurupun berkata:


Ngkau terlalu memaksakan dirimu wahai anakku karena sesungguhnya diriku sangat sedikt sekali berilmu sebagai mana yang engkau yakini, bertahun-tahun aku belajar dari batu itu, tutur sangguru sambil menunjuk kearah mata air disudut kolam.

Tatap dan pelajarilah bahwa airyang keras menimpa batu dengan gemericik yang membisingkan telinga tak pernah ada pengaruhnya terhadap batu yang berada tepat didasar kolam, sementara di ujung sana setetes air yang menetes perlahan sehari setets demisetetes telah mampu melobangi batu itu.

Itulah perumpamaan dalam memberikan pengajaran dan nasihat kepada sesama muslim bahwa sesungguhnya nasihat dengan ilmu haruslah bersabar dan perlahan-lahan. Jelas mursyid Sangguru.

Abu Ikbal