Senin, 29 Februari 2016

Pentingnya Niat

Niat yang baik itu dapat menggunakan seluruh yang mubah dan adat untuk berbakti dan taqarrub kepada Allah. Oleh karena itu siapa yang makan dengan niat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan memperkuat tubuh supaya dapat melaksanakan kewajibannya untuk berkhidmat kepada Allah dan ummatnya, maka makan dan minumnya itu dapat dinilai sebagai amal ibadah dan qurbah.
Begitu juga, barangsiapa yang melepaskan syahwatnya kepada isterinya dengan niat untuk mendapatkan anak, atau karena menjaga diri dan keluarganya dari perbuatan maksiat, maka pelepasan syahwat tersebut dapat dinilai sebagai ibadah yang berhak mendapat pahala.
Rasulullah SAW bersabda, “Pada kemaluanmu itu ada sadaqah. Para sahabat kemudian bertanya: Apakah kalau kita melepaskan syahwat juga mendapatkan pahala? Jawab Nabi: Apakah kalau dia lepaskan pada yang haram, dia juga akan beroleh dosa? Maka begitu jugalah halnya kalau dia lepaskan pada yang halal, dia pun akan beroleh pahala,” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencari rezeki yang halal dengan niat untuk menjaga diri supaya tidak minta-minta, dan berusaha untuk mencukupi keluarganya, serta supaya dapat ikut berbelas kasih (membantu tetangganya), maka kelak dia akan bertemu Allah (di akhirat) sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama,” (HR Thabarani)
Begitulah, setiap perbuatan mubah yang dikerjakan oleh seorang mu’min, di dalamnya terdapat unsur niat yang dapat mengalihkan perbuatan tersebut kepada ibadah.
Adapun masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan mulianya niat dan tujuan itu. Bagaimanapun baiknya rencana, selama dia itu tidak dibenarkan oleh Islam, maka selamanya yang haram itu tidak boleh dipakai alat untuk mencapai tujuan yang terpuji.
Sebab Islam selamanya menginginkan tujuan yang suci dan caranya pun harus suci juga. Syariat Islam tidak membenarkan prinsip apa yang disebutal-ghayah tubarrirul wasilah (untuk mencapai tujuan, cara apapun dibenarkan), atau suatu prinsip yang mengatakan: al-wushulu ilal haq bil khaudhi fil katsiri minal bathil (untuk dapat memperoleh sesuatu yang baik, boleh dilakukan dengan bergelimang dalam kebatilan). Bahkan yang ada adalah sebaliknya, setiap tujuan baik, harus dicapai dengan cara yang baik pula. 
BERBUAT baiklah dalam segala berbuatan. Hingga muncul sebuah pertanyaan. Apakah sesuatu yang halal dapat menghapuskan sesuatu yang haram? Misal, dalam sebuah pekerjaan. Suatu ketika ada seorang karyawan bekerja, akan tetapi pekerjaannya tidak selesai dengan tuntas. Hingga si karyawan menerima gajinya, apakah gajinya halal? Ataukah sebagian gajinya merupakan bukan haknya?
Islam memberikan penghargaan terhadap setiap hal yang dapat mendorong untuk berbuat baik, tujuan yang mulia dan niat yang bagus, baik dalam perundang-undangannya maupun dalam seluruh pengarahannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya semua amal itu harus disertai dengan niat (ikhlas karena Allah), dan setiap orang dinilai menurut niatnya,”(HR al-Bukhari)


Selasa, 16 Februari 2016

Memahami Tingkatan Rezeki

Rizki Adalah Salah Satu Rahasia Allah Yang Telah Ditetapkan Bagi Makhluk-Nya. Tidak Ada Yang Bisa Tahu Seberapa Besarkah Rizki Yang Allah Akan Berikan Pada Kita Dan Lewat Arah Mana Datangnya. Namun, Dari Kitab Suci Al-Qur’an Kita Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Allah Memberikan Rizki Pada Makhluk-Nya.

1. TINGKAT REZEKI PERTAMA YANG DIJAMIN OLEH ALLAH
“Tidak Suatu Binatangpun (Termasuk Manusia) Yg Bergerak Di Atas Bumi Ini Yang Tidak Dijamin Oleh Allah Rezekinya.”(QS. Hud: 6).
Artinya Allah Akan Memberikan Kesehatan, Makan, Minum Untuk Seluruh Makhluk Hidup Di Dunia Ini. Hal Tersebut Adalah Rezeki Dasar Yang Terendah.
2. TINGKAT REZEKI KEDUA YANG DIDAPAT SESUAI DENGAN APA YANG DIUSAHAKAN.
“Tidaklah Manusia Mendapat Apa-Apa Kecuali Apa Yang Telah Dikerjakannya” (QS. An-Najm: 39).
Allah Akan Memberikan Rezeki Sesuai Dengan Apa Yang Dikerjakannya. Jika Seseorang Bekerja Selama Dua Jam, Dapatlah Hasil Yang Dua Jam. Jika Kerja Lebih Lama, Lebih Rajin, Lebih Berilmu, Lebih Sungguh-Sungguh, Seseorang Akan Mendapat Lebih Banyak. Tidak Pandang Dia Itu Seorang Muslim Atau Kafir.
3. TINGKAT REZEKI KETIGA ADALAH REZEKI LEBIH BAGI ORANG-ORANG YANG PANDAI BERSYUKUR.
“… Sesungguhnya Jika Kamu Bersyukur, Pasti Kami Akan Menambah (Nikmat) Kepadamu, Jika Kamu Mengingkari (Nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya Azab-Ku Sangat Pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Inilah Rezeki Bagi Orang Yang Disayang Oleh Allah. Orang-Orang Yang Pandai Bersyukur Akan Dapat Merasakan Kasih Sayang Allah Dan Mendapat Rezeki Yang Lebih Banyak.
Itulah Janji Allah! Orang Yang Pandai Bersyukurlah Yang Dapat Hidup Bahagia, Sejahtera Dan Tentram. Usahanya Akan Sangat Sukses, Karena Allah Tambahkan Selalu.
4. TINGKAT REZEKI KEEMPAT ADALAH REZEKI ISTIMEWA DARI ARAH YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA DAN BERTAWAKAL PADA ALLAH SWT.
“…. Barangsiapa Yang Bertaqwa Kepada Allah Niscaya Dia Akan Mengadakan Baginya Jalan Keluar. Dan Memberinya Rezki Dari Arah Yang Tiada Disangka-Sangkanya. Dan Barangsiapa Yang Bertawakkal Kepada Allah Niscaya Allah Akan Mencukupkan (Keperluan) Nya. Sesungguhnya Allah Melaksanakan Urusan (Yang Dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah Mengadakan Ketentuan Bagi Tiap-Tiap Sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:2-3)
Peringkat Rezeki Yang Keempat Ini Adalah Rezeki Yang Istimewa, Tidak Semua Orang Bisa Meraihnya. Rezeki Ini Akan Allah Berikan Dari Arah Yang Tidak Disangka-Sangka. Mungkin Pada Saat Seseorang Berada Dalam Kondisi Sangat Sangat Membutuhkan.
Demikian Di Antara Cara Bagaimana Allah Memberikan Rizki Kepada Makhluk-Nya. Semoga Kita Menjadi Bagian Dari Makhluk Yang Mendapatkan Rizki Yang Diridhoi Allah.


Minggu, 14 Februari 2016

Kekuatan Jiwa Manusia

Seorang  penyair berkata, “Sesungguhnya mereka yang darahnya mengalir dan menjadi nanah, Adalah benar-benar kaum yang sejati, wahai Ummu Khalid.”
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan mem-benarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” (QS az-Zumar: 33)
Padanan ayat ini adalah ayat yang sedang kita bahas, yaitu, “Kamu mempercakapkan hal yang batil sebagaimana mereka  mempercakapkannya,” (QS at-Taubah: 69)
Namun, bisa juga makna yang dimaksud ayat ini adalah “dan kalian memper-bincangkannya seperti perbincangan mereka”. Dalam arti yang terakhir ini, maka al-ladzi menjadi sifat bagi suatu kata benda yang tidak disebutkan(mahdzuuf).
Ini seperti perkataan Anda, ‘Idhrib kal-ladzii dharab” (Pukullah dia seperti pukulannya terhadapmu), dan ‘Ahsin kal-ladzi a’hsana’ (Berbuat baiklah kepadanya seperti kebaikannya kepadamu) dan semacamnya.
Berdasarkan penjelasan terakhir ini, maka posisi kata ganti yang merujuk ke subjek adalah manshub dan tidak disebutkan (mahdzuuf). Tidak disebutkannya kata ganti tersebut sama-sama terjadi dalam dua makna di atas.

Maka, Allah SWT mencela mereka karena memperbincangkan hal-hal yang batil dan mengikuti hawa nafsu. Allah SWT juga memberitahukan bahwa orang yang demikian keadaannya, maka ia akan kehilangan amal perbuatannya di dunia dan di akhirat, dan dia termasuk orang-orang yang merugi.
DI antara kesempurnaan hikmah Allah SWT, Dia menguji jiwa manusia dengan penderitaan dan kesusahan untuk mencapai keinginan dan hawa nafsunya.
Sebab itulah, hanya sedikit jiwa yang tidak terjerumus ke dalam kebatilan. Seandainya jiwa-jiwa itu hanya mengejar hal-hal yang batil, maka mereka akan menjadi para penyeru ke neraka. Inilah perihal mereka yang hanya berkonsentrasi pada kebatilan, sebagaimana tampak dalam realita.
Dan makna ‘kalian memperbincangkan’ dalam ayat di atas adalah ‘seperti kelompok yang memperbincangkan’, atau ‘bagaikan dua kelompok yang telah memperbincangkan’, jadi kata al-ladzi di sini adalah untuk tunggal atau plural.
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang (al-ladzi) membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” (QS az-Zumar: 33-34)

Dua Kekuatan Manusia

Seorang hamba memiliki dua kekuatan.  Pertama. Kekuatan mengetahui dan menganalisa, serta segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keduanya, berupa ilmu, pengetahuan dan kemampuan berbicara.  Kedua.Kekuatan kehendak dan cinta, serta segala hal yang mengikutinya, berupa niat, tekad, dan perbuatan.
Syahwat membuat kekuatan kehendak untuk menunaikan perintah menjadi lemah selama tidak dibersihkan dan dihilangkan.
Allah SWT berfirman, “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, “(QS al-Najm: 1-2)
Tidak tersesatnya Nabi Muhammad SAW ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan pengetahuan beliau. Hal ini juga menunjukkan bahwa segala berita yang beliau bawa adalah benar adanya.
Ketidak keliruan beliau menunjukkan sempurnanya kebenaran yang beliau bawa, dan menunjukkan bahwa beliau adalah manusia pilihan di dunia ini.
Dengan demikian, beliau adalah seorang hamba yang sempurna ilmu dan amalnya. Beliau juga menyebut bahwa para Khulafa’urrasyidin mempunyai sifat-sifat yang layak menjadi panutan, sehingga beliau memerintahkan umatnya untuk mengikuti mereka.

Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur-raasyidun, yang mendapatkan petunjuk sesudahku,” (HR Tirmidzi)
Mengikuti petunjuk Allah SWT adalah membenarkan pemberitahuan-Nya tanpa menampakkan keraguan yang merusak pembenaran itu, serta melaksanakan perintah-Nya tanpa adanya hawa nafsu yang menjadi penghalang.
Kedua hal ini merupakan inti keimanan, yaitu pembenaran berita dan ketaatan terhadap perintah. Kemudian kedua hal tersebut diikuti dua perkara.
Yaitu meniadakan keraguan yang menghalangi dan mengotori kesempurnaan pembenaran itu, serta menolak hawa nafsu yang menyesatkan dan menggoda yang menghalangi kesempurnaan pelaksanaan perintah-Nya.
Jadi mengikuti petunjuk Allah SWT terdapat, membenarkan pemberitahuan-Nya, berusaha sekuat tenaga untuk menolak dan melawan segala keraguan yang dibisikkan setan-setan dari jenis jin dan manusia. menaati perintah-Nya, dan melawan hawa nafsu yang menghalangi seorang hamba dalam menyempurnakan ketaatan.
Keraguan dan hawa nafsu merupakan pangkal kesengsaraan hamba dan penyebab penderitaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebaliknya, pembenaran terhadap wahyu dan ketaatan terhadap perintah-Nya merupakan pangkal kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat.

Konsultasi Agama (Hukum Melakukan INZAL)

Keluarga Berencana (KB) dengan dua anak cukup bisa dilakukan dengan berbagai cara. Satu diantara menggunakan berbagai alat kontrasepsi yang dianjurkan pemerintah.
Untuk suami bisa dilakukan dengan KB pria atau vasektomi, sedangkan istri pasang alat KB yang disesuai dengan dirinya.
Timbul pertanyaan bagaimana jika menggunakan cara alami mencabut penis jelang ejakulasi? apakah diperbolehkan membuang benih sperma di luar farji (alat kelamin perempuan)
Secara medis tentu tak ada masalah bagi pasutri menggunakan trik itu, bagaimana padangan hukum agama pasutri memprogram kehamilan atau mencegah kehamilan dengan cara itu?
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni-Salafiyah berdasarkan hukum figh yang membahas soal ‘Azl atau Senggama Terputus (Coitus Interuptus) tindakan ada beberapa hukum yang perlu difahami.
Dibahas dalam Figh, istilah ‘Azl dimaknai sebagai langkah suami mencabut alat kelamin sebelum ejakulasi sekaligus mengeluarkan sperma di luar rahim.
Cara itu digunakan agar tak terjadi pembuahan karena alasan-alasan tertentu seperti program kehamilan keluarga sehat sejahtera atau alasan kesehatan dan lain-lain.
Setidaknya ada empat pandangan yang menyikapi persoalan coitus interuptus pasangan suami istri:
Pertama, boleh dilakukan berdasarkan pendapat Syafi’iyyah dengan berdasarkan hadits Shahih yang diriwayatkan dari Jabir Ra
Hadits riwayat Jabir Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
“Kami tetap melakukan ‘azal di saat Alquran masih turun. Ishaq menambahkan: Sufyan berkata: Kalau ada sesuatu yang terlarang pasti Alquran telah melarang hal tersebut. (Shahih Muslim No.1440-136)
“Kami melakukan ‘azl pada masa Nabi SAW. Kabar tersebut sampai kepada beliau, tetapi beliau tidak melarangnya”. (HR Muslim)
Disisi lain, menurut An-Nawawy (Ulama’ Syafiiyyah) dalam Syarh Muslim disebutkan coitus interuptus demi menghindari kehamilan hukumnya makruh.
Tetapi langkah itu baik dilakukan dan boleh jika ada kerelaan pihak istri atau asal cara itu dilakukan tidak dengan niat memutus keturunan.
Kedua, Makruh
Pernyataan itu berdasarkan beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, Ibnu Umair dan Ibnu Umair yang membenci Azl karena dapat mengurangi jumlah keturunan yang dianjurkan syara’ Sabda Nabi saw “Menikahlah kalian dan memperbanyak keturunan”
Ketiga, Boleh Apabila Ada Kerelaan Istri
Pendapat yang berdasarkan dari Imam ahmad berdasarkan sebuah Hadits dari Umair yang diriwayatkan Ibnu Majah Dari ‘Umar ibn al-Khattab berkata: “Nabi melarang perbuatan ‘azl terhadap wanita merdeka kecuali seizinnya”. (HR Ibnu Maajah Vol 1 Hal 620)
Perlunya kerelaan dari pihak istri ini dikarenakan istri memiliki Hak atas anak sehingga dengan tindakan Azl akan menghilangkan haknya namun apabila istri memberikan memberikan izin hukumnya tidak makruh.
Terakhir, Haram
Pendapat ini dilansir oleh kalangan Dhohiriyyah dengan tendensi hadits yang diriwayatkan dari Judzamah Ra “Sesungguhnya para shahabat bertanya tentang Azl, Nabi menjawab hal itu adalah pembunuhan anak dengan samar” (HR. Muslim). (*)


Senin, 08 Februari 2016

Antara salah dan benar


Semua, dan sebagian yang kita jalani dalam hidup kita tak selamanya benar begitupula sebaliknya tak selamanya salah. Begitulah takdir kehidupan masing-masing kita.
Saya pernah mengalami suatu peristiwa, dan kala itu saya melakukan sesuatu hal yang menurut saya benar namun sayang ketika peristiwa itu diketahui orang lain maka dengan serta merta menjadi salah. Karena mereka melihat perbuatan saya itu dari sudut pandang yang berbeda.
Ada sebuah kisah menarik yang sangat popular dikalangan kita tentang pemilik keledai,
Suatu hari ada seorang ayah dan anaknya yang bepergian menuju ke pasar dengan menaiki keledai. Tujuannya untuk menjual keledai tersebut. Karena jaraknya yang cukup jauh diperlukan waktu hampir setengah hari.
Mereka membawa keledainya dengan dituntun. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan orang yang baru kembali dari pasar. Orang tersebut kemudian berkata “ Kenapa kalian capek-capek berjalan kaki. Bukankah keledai dapat dinaiki? Alangkah enaknya jika kalian naik saja keledai itu”
Mendengar perkataan itu, ayah dan anaknya kemudian menaiki keledai itu. Keledai itu ternyata tak cukup besar sehingga terlihat kepayahan. Tetapi karena lebih menghemat tenaga maka mereka tetap menaikinya.
Tak berapa lama, bertemulah mereka dengan penjual sayuran yang sedang menunggu pembeli memilih-milih sayurannya. Kemudian penjual sayuran itu melihat keledai yang kepayahan membawa ayah dan anaknya di punggungnya. “ Ah betapa kasihannya keledai itu, sudah badannya kecil dinaiki oleh ayah dan anaknya yang berat. Benar-benar tidak memiliki kepedulian kepada hewan.”
Mendengar perkataan tersebut, ayah dan anaknya turun dari keledai. Kemudian memutuskan bahwa sebaiknya satu orang saja yang menaiki keledai, satu orang yang menuntun keledai. Maka diputuskanlah anaknya yang naik keledai sementara ayahnya menuntun keledai.
Di tengah perjalanan, di sebuah persimpangan bertemulah mereka dengan penjual sapi dan anaknya. Si penjual sapi berceletuk “ Lihatlah nak, itu contoh anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya. Sang ayah bercapek-capek sementara ia ber-enak-enak di atas keledai.”
Mendengar perkataan tersebut sang anak berkata kepada ayahnya “Yah sebaiknya ayah yang naik dan aku yang menuntun, aku tak mau dikatakan tidak berbakti.” Sang ayahpun menyetujuinya. Sekarang bergantian sang anak yang menuntun sementara sang ayah naik keledai.
Sepertiga jalan dari pasar, mereka bertemu dengan seorang kakek dan cucunya yang sedang berjalan-jalan. Sang kakek berkata “ Lihatlah cucuku, itulah contoh ayah yang tidak sayang kepada anaknya. Si anak bersusah payah berjalan sementara ayahnya naik keledai.”
Mendengar perkataan itu sang ayah menjadi merenung. Benar juga, pikirnya. Kemudian dia turun dan mengajak musyawarah anaknya. “ Nak kelihatannya kita sellau serba salah, kita tuntun keledai salah, naik berdua juga salah. Kamu yang naik, aku yang menuntun salah. Apalagi aku yang naik sementara kamu menuntun. Sebaiknya kita apakan keledai ini?”
Anaknya berpikir sejenak. “ Ayah bagaimana kalau kita pikul saja keledai ini. Siapa tahu memang itu cara terbaik.”
Sang ayah setuju. Kemudian mulai mengikat kaki keledai kemudian memanggul keledai itu bersama anaknya. Merasa sudah benar mereka dengan penuh percaya diri memasuki pasar. Tetapi banyak orang menertawakannya. Banyak yang bilang “ Keledai bisa berjalan sendiri kok dipanggul. Kan jadi memberatkan. Dasar orang yang aneh.”
Mendengar perkataan tersebut sang ayah kehabisan akal. Mau gimana lagi biar tidak salah membawa keledai itu.

Itulah sebabnya saya tetap berkeyakinan, selama pekerjaan yang saya jalani benar kenapa mesti mendengar ocehan orang.? tetaplah pada satu keyakinan bahwa sesungguhnya kebenaran pendapat bukan sesuatu yang mutlak terjadi. (Abu Ikbal)

Contoh surat Keterangan Pindah

YAYASAN PONDOK PESANTREN RA AL-ABBASIYAH NAHDLATUL WATHAN RAUDATUL ATHFAL AL-ABBASIYAH (RA ) NW JERUA
STATUS-TERDAPTAR
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Lombok Timur
Nomor:Kd.1903/4/PP.004/241//2012 lamat : Jln Jurusan Mt. Beter – Sukarara  Jerua, Desa Mt. Beter Kec. Sakra Barat Kab. Lotim Kode Pos 83671 Tgl 07 juni 2012
Alamat:Jalan Montong  Beter Sukarara Kec.Sakra Barat Lotim NTB 38 671

A

 






SURAT KETERANGAN SISWA
Nomor : 421.3/061/RA.AL-ABBASIYAH NW/XI/2015

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
:
RAHMATUL HAYATI, S.Pd.I
Tempat & Tanggal Lahir
:
Jerua, 31 Desember 1985
Jabatan
:
Kepala Sekolah
Unit Kerja
:
RA AL-ABBASIYAH NW JERUA
Alamat

:
Jerua, Desa Montong Beter Kec. Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur

Menerangkan kepada :
Nama
:
DUTA PUJANGGA
Tempat & Tanggal Lahir
:
Jerua, 20 JULI 2009
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Kelompok
:
B
Nomor Induk Siswa
:
101252030103140046
Alamat
:
Jerua, Desa Montong Beter Kec. Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur

Memang benar Siswi di RA AL-ABBASIYAH NW Jerua  Desa Montong Beter Kec. Sakra Barat Kab. Lotim
Demikian surat Keterangan  ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jerua, 11 Januari 2016
Kepala Sekolah



RAHMATUL HAYATI, S.Pd.I
               NIP.
 

















·         Mohon setelah menerbitkan surat pindah sekolah Identitas siswa yang bersangkatutan agar di Hapus/Mutasi di aplikasi DAPODIK Sekolah Bapak.

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-ABBASIYAH NAHDLATUL WATHAN
SEKOLAH MENEGAH PERTAMA (SMP) NW JERUA
STATUS – TERAKREDITASI
BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH (BAN-S/M)
31 DESEMBER 2012
:
Alamat : Jln Jurusan Mt. Beter – Sukarara  Jerua, Desa Mt. Beter Kec. Sakra Barat Kab. Lotim Kode Pos 83671
 






Kepada
Yth. Kepala SMPN 2 Keruak
di-
Keruak




SURAT PENGANTAR
Nomor : 421.3/041/SMP.NW/VII/2015


No
Jenis Surat
Lampiran
Keterangan
1
Surat Rekomendasi Pindah Sekolah   

a.n: HADI SUFRIATNATA
1 lembar
Dikirim dengan Hormat Untuk maklum dan terima kasih




Jerua, 07 Juli 2015
Kepala Sekolah



RUSNIADI, S.Pd.I
               NIP.