Jumat, 16 September 2016

Tanggapan AmienRais Tentang Tahlilan

Penasehat PP Muhammadiyah Prof HM. Amien Rais mengatakan bahwa saat ini umat manusia menghadapi lima krisis yaitu krisis kependudukan, krisis pangan, krisis energi, krisis ekologi/lingkungan. Untuk mengatasi hal itu Amien mengajak kaum Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk meningkatkan tahlilan bersama-sama..

''Kalau tidak mau tahlilan keluar dari Muhammadiyah dan Aisyiah,''tegas Amien saat menyampaikan pengajian dalam Tabligh Akbar Muktamar Aisyiyah ke-46 dengan tema Nir Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Salah Satu Kunci Peradaban Bangsa yang diselenggarakan di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Sabtu (3/7). Tabligh Akbar ini dibuka oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar.

Menurut Amien, ada dua macam tahlil yaitu dengan lisan atau mengucapkan lailahaillallah dan dengan anggota badan dengan mewujudkan menjadi amal sholeh yang konkret. Hal inilah yang membedakan organisasi Muhamammadiyah dan Aisyiyah dengan organisasi lain bahwa islam itu dua sisi dari satu mata uang yang sama yaitu iman dan amal sholeh.

''Maksud saya Muhammadiyah dan Aisyiyah harus meningkatkan bil lisan dan bil arkhan untuk mengatasi lima krisis yang dihadapi umat Islam. Meskipun tidak mungkin kita sendirian memikul lima krisis. Namun setidaknya kita memberi kontribusi sumbangan untuk menjawab tantangan lima krisis tersebut,''ungkap dia.

Lebih lanjut dia mengatakan saat ini yang dihadapi Muhammadiyah dan Aisyiyah tantangannya makin kompleks dan komplikasi, jauh berbeda dengan yang dihadapi kakek nenek satu abad yang lalu. Tetapi perintah Al-Qur'an bahwa menjadi khoiro umatin tidak pernah hilang dengan tantangan semakin menggunung. ''Namun kalau kita bisa menghadapi perubahan global jangan puas apalagi kalau mampu membuat antisipasi terhadap perubahan karena itu tidak sulit,''kata Amien.

Dikatakan Amien yang lebih menantang lagi adalah apabila kita tahu memanejemen perubahan. Apabila Muhammadiyah mempunyai impian menjadi lokomotif membangun peradaban utama maka harus ikut memegang kunci peradaban ini. ''Jadi, jangan sampai diantara Aisyiyah dan Muhammadiyah ada yang berpikir sudahlah di dunia jadi umat kalah dan terpinggirkan tak apa, tetapi masuk surga. Padahal kalau kita mendapat musibah dunia, jangan-jangan mendapat musibah akherat,''tutur dia.

Karena itulah Amien menegaskan Muhammadiyah dan Aisyiyah harus memegang kunci peradaban di dunia. Paling tidak kita bisa memegang kehidupan nasional di bidang keuangan, perbankan, perkebunan, kehutanan, pelayaran, pendidikan, pertanian, dan sebagainya. Dia memberi contoh bahwa pendiri Muhammadiyah Ki Dahlan dan Nyi Dahlan itu bukan manusia pemimpi, melainkan manusia yang beraksi berkarya nyata untuk mengubah kehidupan manusia ke kehidupan yang lebih bagus. .

Hal ketiga yang dianggap penting oleh Amien selain memenej perubahan dan memegang kunci peradaban adalah pentingnya kaderisasi buat masa depan dan gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Menurut dia, kaderisasi Muhammadiyah belum ideal tapi sudah lumayan, sedangkan kaderisasi Aisyiyah masih di bawah lumayan.

Untuk itu dia berharap agar kaderisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah bisa lebih cepat dan merambah untuk penyegaran persyarikatan maka yang diperlukan pemimpin yang berusia 60-an dan 40-an dan syukur 30-an. '''Jadi pemimpin dengan usia tua dan muda sangat diperlukan untuk menjadi satu agar pertumbuhan kaderisasi lebih cepat lagi,''kata Amien yang mengharapkan Chamamah masih tetap menjadi Ketua Umum PP Aisyiyah.

Dikutip dari REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--

Senin, 12 September 2016

Khutbah ‘Idul Adha 1437 H/2016 M


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
MENYEMPURNAKAN KESAHOLIHAN
BERLANDASKAN SEMANGAT BERQURBAN
LILLAHI TA’ALA
الله أكبر الله أكبر الله أكبر كلما سوي الله أصغر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر فمن كان يعبد الله فؤلئكهم الخيرة والأخيار
الله أكبر الله أكبر الله أكبر كلما يعبد سوي الله أبتر
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبجان الله بكرة وأصيلا. لااله الا الله وحده, صدق وعده ونصر عبده, واعز جنده وحزم الأحزاب وحده. لااله الاالله ولا نعبد الا اياه, مخلصين له الدين ولو كره المشركون. لا اله الا الله والله أكبر. الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله نحمده ونشكره علي وفرة نعمه التي لا تحصي.
نشهده سبحانه بأنه الله الواحد القهار الجبار المتكبر.
ونشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله الي العالمين جاء بالوعد والتحذير.
اللهم صل وسلم علي حبيبك المصطفي وعلي أله وأصحابه وأتباعه الأصاغر والأكابير.
أما بعد. فيا عبادالله. اتقوا الله ما استطعتم. تلبوا دعوته الله الذي لا يجزيكم به الا بالسعادة في الدنيا والأخرة, جيث يقول الله جل وعلي:
يا أيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.
Hari ini, mari sejenak kita bersyukur dan menyadari se-dalam-dalamnya keberuntungan yang telah dilimpahkan Allah Azza Wajalla atas kita semua. Allah SWT menegaskan:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١الكوثر: 1)
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) (ابراهيم:34)
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ ( النحل: 18)
Kami telah memberikanmu pemberian yang banyak.
Dia telah memberikanmu apa saja yang kamu minta dan jika kamu hitung-hitung nikmat Allah itu nisacaya kamu tak mampu menghitungnya.
Mudah-mudahan ini bukan Iedul Adha yang terakhir bagi kita. Amin.
Allahu Akbar 3x Wa lillahilhamd.
Hadlirin Sidang Sholat Iedul Adha yang mulia
Hari ini saya mengajak anda semua untuk menyelam ke kedalaman samudra sejarah yang dinukil Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Hadits Rasullah s.a.w. melalui Shaih Imam Al-Bukhory. Inilah kisah hidup sesungguhnya, hidup yang penuh perjuangan dan pengorbanan demi menggapai keridloan Allah Azza Wa Jalla.
Imam Al-Bukhary mengisahkan:
Setelah kelahiran Nabi Ismail a.s. di Kanaan (Palestina, 1911 SM) Nabi Ibrohim membawa putranya Ismail dan Istrinya Sayyidah Hajar ke Makkah. Sesampainya ke suatu temat antara dua buah bukit Jabal Qubais dan Jabal Qoff, beliau lalu meninggalkan mereka berdua dengan sebauh guci air dan sebungkus makanan.
Ketika melihat hal itu, Sayyidah Hajar terkaget lalu mengejar nabi Ibrahim dan bertanya:
“Wahai Ibrohim, tegakah engkau meninggalkan kami ditempat yang penuh binatang buas, tidak ada manusia yang akan akan membantu serta tidak ada air dan pepohonan untuk makanan dan minuman?”
Nabi Ibrohim tidak bergeming, beliau terus berjalan cepat tanpa menoleh, meninggalkan Hajar yang terus menerus mengulangi pertanyaannya: Tegakah … tegakah … tegakah.
Akhirnya Hajar mengajukan pertanyaan terakhir:
“Wahai Ibrohim, apakah ini kemaunanmu sendiri atau perintah Allah?” Nabi Ibrohim menjawab: “Perintah Allah”. Sambil terus berjalan cepat.
Hajar berkata: “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami. Pergilah”. Dan Hajarpun kembali menemui putranya Ismail.
Tanpa sepengetahuan Sayyidah Hajar, Nabi Ibrohim menaiki bukit Qoff dan memanjatkan doa:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (٣٧)
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (٣٨)
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman, di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami jadikanlah mereka pendiri-pendiri shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
“ Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang Kami sembunyikan dan apa yang Kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.”
Q.S. IBROHIM: 37-38
Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar Waliollahil hamdu.
Kembali kepada Sayyidah hajar dan Ismail yang sudah kehabisan air dan bekal makanan, Sayyidah Hajar mondar mandir berlari mencari air dan pertolongan antara Bukit Shafa dan Marwah sampai akhirnya karena kelelahan beliau kembali kepada putranya Ismail yang ternyata telah mulai mengalir air dari tanah dan bebatuan yang berada di bawah tumitnya.
Serta merta Sayyidah Hajar membuat lekukan diatas tanah untuk menampung aliran air itu sambil berseru: “Zam, zam, zam, zam ….”. Kata itu berarti kumpullah, kumpullah, kumpullah…
Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar Waliollahil hamdu.
Mari kita cermati dari awal kisah yang tertulis di dalam Kitab Sahib Bukhory itu.
Ibrohim a.s., sebagai suami yang bertanggung jawab harus memastikan kedamaian di dalam keluarganya dan kecemerlangan masa depan mereka, maka pilihannya adalah memisahkan Hajar dan putranya Ismail dengan Sarah dengan putranya Ishaq. Sesuai dengan wahyu Allah pilihannya adalah Ismail dan ibunya harus dipindahkan ke Makkah. Ibrohim mentaati perintah itu namun pengetahuannya tentang betapa jauh dan tidak amannya Makkah saat itu, mendorongnya untuk berdoa demi keselamatan mereka:
…. jadikanlah mereka (1) pendiri-pendiri shalat, Maka (2) Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan (3) beri rezkilah mereka dari buah-buahan, (4) Mudah-mudahan mereka bersyukur
Itulah isi do’a Nabi Ibrohim untuk keluarganya.
Allah Yang Maha kasih dan Penyayang mengabulkan doa hambaNYA Ibrohim namun tidak begitu saja terjadi. Karunia Zam-zam diberikan setelah yakin akan pemeliharaan Allah serta usaha dan bekerja keras. Malaikat Jibril diutus untuk menggali mata air dari dalam batu lalu mengalirlah air di bawah kaki Ismail a.s.
Jangan abaikan ungkapan Sayyidah hajar : Kumpullah…kumpullah , Zam Zam Zam yang akhirnya menjadi nama air suci itu Air Zam-zam. Tentang hal ini Rasulullah bersabda:
Zam-zam itu manjur untuk segala hal yang diniatkan ketika meminumnya. Secara harfiah memang sejarah dan penelitian mutakhir membuktikan zam-zam dapat mengobati segala macam penyakit.
Bahkan air zam zam juga dipercaya sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal ini telah dijelaskan dalam Hadist Riwayat Muslim dan banyak ulama terdahulu membuktikan dapat bertahan hidup bertahun tahun hanya dengan air zam-zam dan sebiji kurma setiap hari.
Dr Hamdi Saif dari Alexandria University menyimpulkan melalui penelitian Kimia dan Fisika yang dilakukannya terhadap air zam zam, air zam zam adalah air terbaik di permukaan bumi. Air zam zam memiliki keseimbangan elektrolit yang berkhasiat bagi kesehatan. Air zam zam juga sangat murni dan alami, serta terbebas dari mikroorganisme patogen. Menurut Dr Saif, air zam zam berkhasiat dalam pengobatan penyakit paru-paru dan ginjal, mengobati masalah migrain, penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya.
Namun secara simbolis seakan-seakan Rasulullah s.a.w. mengatakan:
“Apapun yang engkau niatkanuntuk dilakukan, maka Allah akan mengabulkannya selama kalian memulainya dengan berkumpul, bersatu dan berjamaah”.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahi Al-Hamdu.
Hadlirin Rahimakumullah!
Para ahli strategi sosial berpendapat bahwa ada 7 kesalahan sosial yang menghancurkan suatu masyarakat atau peradaban. Kesalahan yang terkait langsung dengan situasi Hari Raya Qurban saat ini adalah kesalahan ke 7 yang berupa “Ibadah tanpa pengorbanan”.
Maksud dari “Beribadah tanpa pengorbanan” ini adalah seperti perbuatan orang yang tidak memadukan antara hablum minallah dengan hablun minannas. Hidup ini maunya yang mudah-mudah saja, yang pribadi-pribadi saja. Kepentingan negara, Kepentigan Umum, kepentingan masyarakat tidak sama sekali dihiraukan.
Beribadah hanya memilih-milih yang sifatnya pribadi saja tentu tidak sempurna. Bukankah Allah SWT. sendiri mengingatkan bahwa:
“Manusia seluruhnya akan merugi kecuali kalau mereka beriman dan beramal shalih”. (Q.S. AI-‘Asr: 3)
Alhamdulillah sesui pengakuan kita, KTP kita, bahka kedatangan kita di tempat Sholat Iedul Adha Ini adalah bukti kita beriman. Tinggal amal sholihnya.
Jika kita cermati pada keadaan hidup bermsyarakat kita saat ini, yang nampak adalah kita lebih banyak Alimussholihat atau TAHU AMAL SHOLIH itu apa-apa saja. Tetapi sebatas tahu dan tidak sempurna sampai ‘AMILUSSHOLIHAT, mengamalkan apa yang kita tahu sebagai kebaikan itu. Bedakan baik-baik antara Alimuu (Tahu) dan ‘Amiluu (Mengerjakan)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahi Al-Hamdu.
Mari ajaran berkorban itu terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari:
Saat ini, Lombok dinobatkan oleh dunia sebagai Daerah Tujuan Wisata Halal Dunia. Tentu kita akan kedatangan banyak tamu, baik Nasional maupun internasional. Kewajiban kita, menurut ajaran Islam untuk menghormati tamu sebagaimana Sabda Rasulullah s.a.w:
ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم ضيفه ) رواه البخاري ومسلم)
“Barang siapa yang beriman kepda Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya”. (HR. Bukhory – Muslim)
Tamu-tamu kita itu memerlukan keamanan, ketertiban, kenyamanan, kedamaian, kebersihan serta keindahan dan keramah-tamahan. Mari kita jaga dan pelihata “Sapta Pesona” itu karena dengan demikian kita akan dimuliakan oleh orang dan bangsa lain di dunia. Berarti dengan demikian kita telah memuliakan Islam dihadapan orang lain. Tetapi sebaliknya, jika prilaku kita menyebabkan orang lain merendahkan Islam, maka kita telah merendahkan Islam dengan sengaja.
 Betapa menyakitkan hati membaca berita tamu-tamu mengalami perampokan, pencurian dan penipuan;
 Kita memiliki tradisi dan budaya nyongkolan, ini bisa menghibur namun jika dilakukan tanpa ketertiban maka akan membauat gangguan dan kemacetan jalanan yang merupakan hak umum. Nyongkolan ini harus dilaksanakan dengan bijaksana. Korbankanlah keinginan untuk bermegah-megah, melampiaskan hasrat sampai mengganggu pengguna jalan.
Rasulullah pernah melarang: “Janganlah kalian mengganggu jalanan”.
Para sahabat bertanya: “Bagaimana caranya jika kami harus menggunakan jalanan? Jawab beliau: “Tetaplah menjaga hak para pengguna jalan”.
 Kebersihan kita juga bermasalah. Mungkin disebabkan hidup masa lalu ketika manusia masih sedikit, hamparan tanah masih luas dan benda-benda sisa masih bisa diserap oleh tanah. Tetapi saat ini, cara hidup begitu sudah tidak bisa lagi diteruskan.
Melalui semangat berkorban, mari kita budayakan hidup bersih, bersedia membantu untuk kebersihan di manapun kita berada.
Banyak sekali kepentigan umum yang Allah dan Rasulnya perintahkan untuk kita berkorban dalam melaksanakannya. Misalnya:
• Belum tersedianya kuburan umum yang cukup dan memadai serta baik;
• Pasar-pasar kita dibiarkan kumuh padahal setiap hari kita mendapatkan keuntungan dari padanya.
• Jalanan kita kotor sehingga kelihatan buruk dan tidak sehat
• Sungai-sungai kita yang dijakian gambaran keindahan syurga justru menjadi kubangan sampah dengan tumpukan sampah membusuk
• Saban tahun kita mengalami kekeringan dan kekuarangan air bersih air pertanian dan peternakan. Mata air kita hilang 70%-nya.
Untuk mengatasi masalah-masalah sosial itulah syariat berqurban diperintahkan di dalam Islam.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.
Ma’asyiral muslimin, Sidang Shalat Iedul Adha yang mulia!
Akhirnya marilah kita kendalikan diri kita masing-masing, keluarga kita, kaum kerabat kita dari perbuatan yang buruk, dengan segala bentuk pengorbanan yang dibutuhkan untuk itu.
Juga, marilah kita kita berlatih melalui ibadah qurban dalam bentuk apapun yang mampu kita lakukan. Yang terpenting jangan kita biarkan 4 hari-hari baik setelah ini berlalu begitu saja tanpa berkurban. Semoga Allah SWT berkenan menerima seluruh pengorbanan kita. Amin ya robbal alamin.
Allahu Akbar 3X, walillaahilhamdu.
بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.

KHUTBAH KE II
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبجان الله بكرة وأصيلا. لااله الا الله وحده, صدق وعده ونصر عبده, واعز جنده وحزم الأحزاب وحده. لااله الاالله ولا نعبد الا اياه, مخلصين له الدين ولو كره المشركون. لا اله الا الله والله أكبر. الله أكبر ولله الحمد.
أما بعد. فيا عبادالله. اتقوا الله في أوامره ونواهيه ، وأداء فرائضه واجتناب معاصيه .
قال تعالي: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما .
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات انك سميع قريب مجيب ادعوات يا قاضي الحاجات.
اللهم اعنا علي ذكرك وشكرك وحسن عبادتك.
اللهم انصر اخواننا في أنحاء العالم, الذين طغي عليهم الظالمون.
اللهم كف التقاتل بين الناس وانزل علينا هدايتك حتي نحيا حياة المتحابين.
ربنا تقبل منا صلاتنا وتقرباتنا
ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله. ان الله يأمر بالعدل والاحسان, وايتاء ذي القربي, وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي, يعظكم لعلكم تذكرون. ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Oleh : Hasanain Juaini
Dibacakan: Di Alun-alun Kota Narmada.
Catatan: Siapapun boleh menggunakannya Silahkan disesuaikan

Sabtu, 03 September 2016

Saduran Dari ’: Fiqhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli,

Bulan Dzulhijjah penuh dengan keutamaan, terutama 10 hari pertama dari Dzulhijjah.

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?" Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: "Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun " [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dari Jabir bin Abdullah, Rosulullah bersabda:

أفضل أيام الدنيا أيام العشر

"Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah." (Shohihul Jami’)

Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya:

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

"Dan demi malam yang sepuluh." (Qs. al-Fajr: 2)

Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Amalan-Amalan di Bulan Dzulhijjah

Berikut ini diantara amalan-amalan yang sangat diutamakan untuk dilakukan di sepuluh hari awal Dzulhijjah:

1. Haji

Dzulhijjah dinamakan Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali Imron: 97]

2. Memperbanyak amal sholeh

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?" Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: "Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun. " [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dan amal sholeh dalam hadits ini umum mencakup puasa, sholat, dzikir, membaca al-Qur'anbersedekah.

3. Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban

Dari Ummu Salamah, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

“Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun.” [HR. Muslim no. 1977]

Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak dilarang.

4. Memperbanyak Sedekah

Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini semakin kuat.

Allah berfirman, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah (2): 261)

5. Memperbanyak Takbir

Ibnu Umar dan Abu Huroiroh رضي الله عنهم keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil bertakbir dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua.” [Diriwayatkan al-Bukhori secara mu’allaq. Dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no. 651]

6. Puasa Arofah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah

Puasa sunnah mulai 1 Dzulhijjah diperbolehkan bahkan termasuk anjuran memperbanyak amal sholih di 10 hari pertama Dzulhijjah (kecuali puasa tanggal 10 Dzulhijjah yang dilarang).

Dan puasa yang paling utama adalah puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.

Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم ditanya tentang puasa Arofah, beliau menjawab: “Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 2826]

7. Sholat Iedul Adha

Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata:

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا

“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan at-Tirmidzi (530)]

Abu ‘Isa At-Tirmidzy- berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.

8. Berkurban

Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Hukumnya sunnah mu'akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya.

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” [HR. Ibnu Majah Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]

9. Tidak berpuasa pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyriq

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ»

“Bahwa Rosululloh melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha dan Idul Fithri.” [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598]

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum." (HR. Muslim no. 1141).

PENUTUP

Demikianlah beberapa syi’ar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka hendaknya kita mengagungkan syi’ar-syi’ar tersebut.

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam



Kamis, 01 September 2016

Memetik Hikmah Dari Ibadah Hajji


Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah qurban dan haji? Kami sarikan lima pelajaran yang moga bermanfaat bagi kita sekalian.
1- Belajar untuk ikhlas
Dari ibadah qurban yang dituntut adalah keikhlasan dan ketakwaan, itulah yang dapat menggapai ridha Allah. Daging dan darah itu bukanlah yang dituntut, namun dari keikhlasan dalam berqurban. Allah Ta’ala berfirman,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Untuk ibadah haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas, bukan cari gelar dan cari sanjungan. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
Ini berarti berqurban dan berhaji bukanlah ajang untuk pamer amalan dan kekayaan, atau riya’.
2- Belajar untuk mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam berqurban ada aturan atau ketentuan yang mesti dipenuhi. Misalnya, mesti dihindari cacat yang membuat tidak sah (buta sebelah, sakit yang jelas, pincang, atau sangat kurus) dan cacat yang dikatakan makruh (seperti sobeknya telinga, keringnya air susu, ekor yang terputus). Umur hewan qurban harus masuk dalam kriteria yaitu hewan musinnah, untuk kambing minimal 1 tahun dan sapi minimal dua tahun. Waktu penyembelihan pun harus sesuai tuntunan dilakukan setelah shalat Idul Adha, tidak boleh sebelumnya. Kemudian dalam penyaluran hasil qurban, jangan sampai ada maksud untuk mencari keuntungan seperti dengan menjual kulit atau memberi upah pada tukang jagal dari sebagian hasil qurban. Jika ketentuan di atas dilanggar di mana ketentuan tersebut merupakan syarat, hewan yang disembelih tidaklah disebut qurban, namun disebut daging biasa.
Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah mengerjakan shalat Idul Adha. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَنَسَكَ نُسُكَنَا فَقَدْ أَصَابَ النُّسُكَ ، وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّهُ قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَلاَ نُسُكَ لَهُ
“Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban seperti kurban kami, maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”
Abu Burdah yang merupakan paman dari Al Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فَإِنِّى نَسَكْتُ شَاتِى قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ، وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَكُونَ شَاتِى أَوَّلَ مَا يُذْبَحُ فِى بَيْتِى ، فَذَبَحْتُ شَاتِى وَتَغَدَّيْتُ قَبْلَ أَنْ آتِىَ الصَّلاَةَ
“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum aku shalat Idul Adha.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,
شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ
“Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari no. 955)
Begitu pula dalam ibadah haji hendaklah sesuai tuntunan, tidak bisa kita beribadah asal-asalan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ أَدْرِى لَعَلِّى لاَ أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ
“Ambillah dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim no. 1297, dari Jabir).
Ini menunjukkan bahwa ibadah qurban dan haji serta ibadah lainnya mesti didasari ilmu. Jika tidak, maka sia-sialah ibadah tersebut. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah berkata,
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 282)
3- Belajar untuk sedekah harta
Dalam ibadah qurban, kita diperintahkan untuk belajar bersedekah, begitu pula haji. Karena saat itu, hartalah yang banyak diqurbankan. Apakah benar kita mampu mengorbankannya? Padahal watak manusia sangat cinta sekali pada harta.
Ingatlah, harta semakin dikeluarkan dalam jalan kebaikan dan ketaatan akan semakin berkah. Sehingga jangan pelit untuk bersedekah karena tidak pernah kita temui pada orang yang berqurban dan berhaji yang mengorbankan jutaan hartanya jadi bangkrut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan berkah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029)
Ingat pula Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2588, dari Abu Hurairah)
Imam Nawawi berkata, “Kekurangan harta bisa ditutup dengan keberkahannya atau ditutup dengan pahala di sisi Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 16: 128).
4- Belajar untuk meninggalkan larangan

Dalam ibadah qurban ada larangan bagi shahibul qurban yang mesti ia jalankan ketika telah masuk 1 Dzulhijjah hingga hewan qurban miliknya disembelih. Walaupun hikmah dari larangan ini tidak dinashkan atau tidak disebutkan dalam dalil, namun tetap mesti dijalankan karena sifat seorang muslim adalah sami’na wa atho’na, yaitu patuh dan taat.
Dari Ummu Salamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ
“Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki 1 Dzulhijjah, -pen) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban tidak memotong rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977).
Lebih-lebih lagi dalam ibadah haji dan umrah, saat berihram jamaah tidak diperkenankan mengenakan wewangian, memotong rambut dan kuku, mengenakan baju atau celana yang membentuk lekuk tubuh (bagi pria), tidak boleh menutup kepala serta tidak boleh mencumbu istri hingga menyetubuhinya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنَ الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَلْبَسُ الْقُمُصَ وَلاَ الْعَمَائِمَ وَلاَ السَّرَاوِيلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ الْخِفَافَ ، إِلاَّ أَحَدٌ لاَ يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ ، وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ ، وَلاَ تَلْبَسُوا مِنَ الثِّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ أَوْ وَرْسٌ »
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang sedang berihram (haji atau umrah, -pen)?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban, celana panjang kopiah dan sepatu, kecuali bagi yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh mengenakan sepatu. Hendaknya dia potong sepatunya tersebut hingga di bawah kedua mata kakinya. Hendaknya dia tidak memakai pakaian yang diberi za’faran dan wars (sejenis wewangian, -pen).” (HR. Bukhari no. 1542)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan,
وَلاَ تَنْتَقِبِ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسِ الْقُفَّازَيْنِ
Hendaknya wanita yang sedang berihram tidak mengenakan cadar dan sarung tangan.” (HR. Bukhari no. 1838).
5- Belajar untuk rajin berdzikir
Dalam ibadah qurban diwajibkan membaca bismillah dan disunnahkan untuk bertakbir saat menyembelih qurban.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
ضَحَّى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ ، فَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا يُسَمِّى وَيُكَبِّرُ ، فَذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua kambing yang gemuk. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca bismillah dan bertakbir, kemudian beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.”
Sejak sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Pendapat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama di antaranya Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah dan An Nakho’i, termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau). Lihat perkataan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462 dan 471.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah. (Dikeluarkan oleh Bukhari tanpa sanad (mu’allaq), pada Bab “Keutamaan beramal di hari tasyriq”)
Ibadah thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada Allah. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْىُ الْجِمَارِ لإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah adalah bagian dari dzikrullah (dzikir pada Allah)” (HR. Abu Daud no. 1888, Tirmidzi no. 902 dan Ahmad 6: 46. At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dho’if)
Di hari-hari tasyriq, kita pun diperintahkan untuk membaca doa sapu jagad. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka].” (QS. Al Baqarah: 200-201)
Dari ayat ini kebanyakan ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh ‘Ikrimah dan ‘Atho’. (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 505-506).
Ini semua mengajarkan pada kita untuk rajin berdzikir.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَأَخْبِرْنِى بِشَىْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ »
Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, syariat Islam sungguh banyak dan membebani kami. Beritahukanlah padaku suatu amalan yang aku bisa konsisten dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Hendaklah lisanmu tidak berhenti dari berdzikir pada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 3375, Ibnu Majah no. 3793, dan Ahmad 4: 188, Shahih menurut Syaikh Al Albani).
Semoga pelajaran di atas berharga bagi yang mau mengambil pelajaran. Hanya Allah yang memberi taufik.