Oleh:
Agus Dedi Putrawan
A. PENDAHULUAN
sekitar
abad ke 17-18 M sebelum Indonesia ada, pulau Lombok di warnai dinamika sejarah
yang cukup dinamis. Ekspansi kerajaan Karang Asem Bali atas kerajaan-kerajaan
yang ada di Lombok membuat akulturasi budaya Hindu Bali mempengaruhi dan
mendominasi corak budaya masyarakat Sasak pada saat itu hingga sekarang[1],
namun budaya Islam sebenarnya telah lebih dahulu masuk ke pulau Lombok[2] sebelum
Bali mengalahkan kerajaan-kerajaan Lombok sehingga terjadi gesekan antara
budaya Hindu Bali dengan Islam yang datang dari Makasar dan pulau Jawa.
Datangnya penjajah baik Belanda maupun Jepang memposisikan kaum bangsawan (menak)[3] dalam
posisi politik yang strategis, sedangkan Tuan guru yang
merefleksikan masyarakat Islam menjadi tokoh agama yang hanya berkiprah dalam
bidang dakwah semata.
Kemudian
ketika masuknya penjajah baik itu Belanda maupun Jepang memposisikan kaum Menak (bangsawan)
diposisi yang setrategis dalam politik. Kaum menak menjadi
kaki tangan penjajah dalam mengotrol masyarakat suku Sasak,
sedangkan para tuan guru hanya sibuk mengurus pondok pesantren
di tengah-tengah masyarakat meskipun sesekali melakukan pemberontakan.
Setelah
berlangsungnya reformasi politik pada tahun 1998 terjadi perubahan yang
drastis, karena di NTB pada masa orde baru Tuan guru hanya
dijadikan sebagai juru kampaye atau sebagai lumbung suara pada hajatan lima
tahunan. Pada tingkatan legislatif maupun eksekutif pun Tuan guru tidak
memiliki peran apa-apa. Pos-pos tersebut diisi oleh para kaumMenak.
Tanpa
memperoleh jabatan apapun Tuan guru hanya sebagai legitimasi
pada tataran keagamaan di masyarakat. Pada tahun 1989 itu, barulah kemudian
membukakan kran kepada para Tuan guru untuk terjun di dunia
politik. Pada saat itu kemudian memberikan dinamika baru dalam politik
masyarakat suku Sasak dan juga bangkitnya politik bercorak
Islam, yang diwakili oleh para Tuan guru.
Banyak Tuan
guru yang mencalonkan diri, baik menjadi anggota legislatif maupun
kepala daerah. Mereka beramai-ramai masuk partai politik untuk ikut dalam
pemilu. Banyak yang terdaftar banyak pula yang kalah. Kehawatiran
masyarakat suku sasak akan pemimpin dari tuan guru terjawab
sudah ketika tuan guru bajang memenangkan Pilkada
2008.
Pencalonan Tuan
guru Bajang[4] pada
Pilkada 2008 di Nusa Tenggara Barat memberikan bukti bahwa tokoh agama tidak
hanya sebagai pemimpin keagamaan, melainkan juga dapat memimpin pemerintahan.[5] Kebangkitan tuan
guru sebenarnya jauh sebelum Indonesia merdeka yang diplopori oleh
Maulana Syeikh 1981-1997 dengan organisasi keagamaannya yakni NW (Nahdlatul
Wathan yang berarti Kebangkitan Tanah Air) juga berdakwah melalui
pendidikan dengan mendirikan madrasah NWDI dan NBDI merafleksikan perlawanan
terhadap penjajah.[6]
Dalam
pencalonan Tuan guru Bajang sosok pemuda yang berlatarbelakang
santri ini juga memberikan warna pada dinamika politik masyarakat Sasak yang
sebelumnya selalu dikuasai oleh golongan Menak (kaum
bangsawan). Kemenangan Tuan guru Bajang dua kali
berturut-turut ini bukan hanya dikarenakan faktor ketokohan yang dimilikinya,[7] melainkan
juga memiliki modal sosial yang cukup, memiliki masa yang jelas dan momentum
yang tetap. Karena dari semua calon yang ada memiliki keterlibatan korupsi.
Sehingga Tuan guru Bajangadalah calon alternatif yang paling bersih
dari calon-calon yang ada.
Tuan
guru Bajang unggul hampir dalam
setiap survei dalam periode awal, dengan torehan angka 38,84 % (KPI) atau 37,06
% (LSI), mengalahkan calon lain. Popularitas Tuan guru Bajang
dan Badrul Munir (BaRu) menempati peringkat teratas dibandingkan tiga kandidat
lainnya, yakni Serinata-Husni Jibril (Serius), Nanang Samoedra-M. Jabir (Naja),
dan Zaini Arony-Nurdin Ranggabrani (Zanur). Tak ayal iapun memenangkan
Pilkada 2008 dengan meraih suara telak 38% suara.
Pilkada Tahun 2013. Pasangan calon yang menamakan diri
TGB-Amin itu didukung oleh tujuh partai dengan total 32 kusi di DPRD NTB. Ketujuh
partai itu masing-masing, Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan,
Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, Partai Persatuan Pembangunan dan
Partai Kebangkitan Bangsa. Sebagai pasangan calon petahana (incumbent), TGB-Amin bertekad melanjutkan program-program pemerintah
yang selama ini belum tuntas dijalankan pada periode 2008-2013.[8]
Tanggal
13 Mei 2013 Pada pemilihan kepala Daerah Nusa Tenggara Barat yang kedua
kalinya, beliau sekagai Incumbent meminang wakil baru yakni
Dr. Muhammad Amin, mantan pimpinan DPRD di salah satu daerah
kabupaten selama dua periode. Yang pada periode pertama Wakil Gubernurnya
adalah H. Badrul Munir. ada empat calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur yang
meramaikan bursa Pilgub di NTB.
Makalah
ini juga lebih jauh akan membahas tentang program-program unggulan pemerintah
NTB yang tertuang dalam visi “NTB Yang Beriman, Berbudaya,
Berdaya Saing Dan Sejahtra”.
B. Dr.TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A
Menelaah
sosok kepemimpinan Dr.TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A menjadi Gubernur NTB sangat lah menarik perhatian
banyak orang. Dalah sejarahnya tidak pernah seorang tuan guru menjadi
kepada pemerintahan di NTB. sosok Gubernur termuda[9] ini mengantarkan NTB meraih segudang
prestasi dalam berbagai bidang.[10] Berbagai prestasi tersebut membuktikan
bahwa kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Provinsi NTB telah
memberikan dampak yang nyata ditengah-tengah masyarakat. Kebijakan-kebijkan dan program-program yang ia sodorkan
kepada masyarakat dinilai berbagai kalangan terbukti pro terhadap hajat orang
banyak di NTB.
Dr. TGH. Muhammad
Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan guruBajang lahir
di Pancor, Selong, 31 Mei 1972. Beliau adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, suku Sasak, ia seorang pensiunan birokrat Pemda NTB dan Hj. Rauhun
Zainuddin Abdul Madjid, putri dari TGH. M.
Zainuddin Abdul Madjid (Tuan guru Pancor), pendiri
organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan
pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain. Kakeknya,
Maulana Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid ini adalah seorang anggota
Konstituante pada zaman Soekarno dan anggota MPR di zaman Suharto.
Tuan guru Bajang mengenyam pendidikan dasar di SDN 3 Mataram
(Sekarang SDN 6 Mataram), lulus tahun 1986. Ia melewati jenjang SLTP di
Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun,
dan lulus Aliyah di yayasan yang sama tahun 1991. Sebelum memasuki perguruan
tinggi ia menghafal Al-Qur'an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul
Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992 Majdi berangkat ke Kairo guna menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo dan lulus meraih gelar Lc. pada
tahun 1996. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (M.A.) dengan
predikat "Jayyid Jiddan".
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun,
Majdi melanjutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama. Pada
bulan Oktober 2002, proposal disertasi Majdi diterima. Judulnya, "Studi
dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat
An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat" di bawah bimbingan Prof.
Dr. Said Muhammad Dasuqi dan Prof. Dr. Ahmad Syahaq Ahmad.
Beliau berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat “Martabah EL-Syaraf
El Ula Ma`a Haqqutba” atau Summa Cumlaude pada hari
sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah (sidang) dengan Dosen Penguji Prof. Dr.
Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah
Ats-Tsuluts.
Beliau
aktif memberikan tausyiah di masyarakat jauh sebelum Pilkada
dihelat. Ia dekat dengan jamaah wirid, jama’ah hizib,
jama’ah tarekat karena pengajian itu sebenarnya medium yang
sangat efektif untuk menyampaikan hal-hal yang terkait pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan lain-lain. Ia tidak hanya terhubung pada lingkarannya
saja (warga NW) namun juga lintas suku (Sasak, Samawa, Mbojo), lintas
bahasa dan lintas keyakinan yang terbangun beriringan dengan aktivitas dakwah
yang dijalankannya. Ia tak segan-segan terjun ke pelosok-pelosok desa di Lombok
dan Sumbawa[11]. Jadi tak heran kalau beliau terpilih
menjadi gubernur NTB.
C. KIPRAH
MAJDI SEBAGAI GUBERNUR
Dalam
membahas tetang seorang tokoh tentu tidak terlepas dari membahas tentang
pemikiran-pemikirannya, peran dan sebagainya. Saya melihat dari pemikiran
beliau ini melahirkan program-program yang pemerintah sebelumnya tidak
memikirkannya atau tidak pernah melakukannya.
· PROGRAM
VISIT LOMBOK SUMBAWA
NTB
adalah salah satu destinasi pariwisata Nasional dan Internasional di Indonesia,
duduk di peringkat lima besar destinasi dunia di wakili oleh Gili Trawangan
dengan Bali di peringkat kedua. Jika digabung pulau Lombok sendiri dengan
banyak pulau-pulau kecilnya (Gili) ditambah pulau Sumbawa maka Bali akan barada
di bawah provinsi NTB. Daya tarik NTB misalnya pantai Moyo di Sumbawa pernah
dikunjungi oleh Ledy Diana, bukan hanya itu di pulau Lombok sendiri sering
sekali dikunjungi selebriti dunia, ada mantan presiden Amerika Bill Clinton, Mc
Jagger, dan banyak sekali pesohor dunia yang pernah bermalam di Lombok. NTB
sendiri terdiri dari 280 pulau, dua pulau besar (pulau Lombok dan pulau
Sumbawa) dan sisanya adalah pulau-pulau kecil (Gili). Di dua pulau besar itu
hampir sebagian besar dari lima belas destinasi pariwisata yang utama di NTB
itu terdapat di dua pulau tersebut, sisanya itu di pulau-pulau kecil yang
disebut dengan Gili.
Dalam
lima tahun terakhir di masa kepemimpinan Majdi, perkembangan pariwisata NTB
sangat progresif dari 400 ribu wisatawan di tahun 2008 dan terakhir pada
tahun 2012 sebanyak 1,15 juta wisatawan padahal targetnya hanya 1 juta
wisatawan dan majdi bercita-cita di tahun 2013 hingga 2015 akan tercapat 2 juta
wisatawan. Yang dilakukan Majdi adalah memfasilitasi, ia meyakini bahwa peran
pemerintah ialah sebagai fasilitator. Ia memfasilitasi para pelaku usaha, juga
memfasilitasi inisiatif masyarakat untuk mengembangkan pariwisata di NTB seperti
membentuk kelompok POKDARWIS (kelompok sadar wisata), kampung media dan yang
paling utama juga membenahi infrastruktur jalan ke destinasi-destinasi wisata
agar akses kesitu lebih mudah. Meskipun kemampuan fiskal NTB memang terbatas,
kekuatan fiskal NTB di ADBD tidak besar dan terendah menurut Kementrian
Keuangan. Infrastruktur yang sudah dilakukan ialah membuka Bandara
Internasional Lombok (BIL) yang dulunya berlokasi di Mataram, dipindah ke
kawasan Lombok Tengah karena lebih dekat dengan obyek-obyek wisata. Flight asingpun
berdatangan, mulai dari Australia, Singapura, Malaysia dan terakhir Hongkong.
Meskipun sempat ada ketegangan disaat pembebasan lahan Majdi meyakinkan
masyarakat bahwa dengan adanya bandara tersebut akan menyerap tenaga kerja yang
banyak terutama orang pribumi, sehingga ketegangan pun mereda.
Selain
merangkul pemerintah pusat ia juga merangkul investor-investor asing yang mau
dan mendukung pariwisata di NTB. NTB dikatakan unik di mana perkembangan
pariwisatanya mengalami progresif juga dalam waktu yang bersamaan dengan religiusitasatau
penghayatan keagamaannya yang sangat kuat. Kalau di pulau Bali kita sering
lihat didominasi dengan corak agama Hindunya dengan upacara-upacara
keagamaannya dan banyak Pura sedang di pulau Lombok adalah corak Hindu
dan Islam, terdapat banyak Pura untuk agama Hindu dan banyak sekali Masjid
sehingga Lombok terkadang disebut-sebut dengan julukan pulau seribu Masjid.
Madji
melihat potensi pariwisata NTB bukan saja pada alamnya melulu namun juga
pada budayanya. Terdapat tiga suku di NTB yaitu suku Sasak di pulau
Lombok, suku Samawa dan suku Mbojo di pulau Sumbawa. Ketiga suku ini tidak
pernah mengalami perpecahan, selalu tumbuh toleransi di antara mereka dan
mereka hidup berdampingan.
Kritik
membangun dari pemakalah adalah masih belum mampu menandingi Bali, Yogyakarta
dan daerah-daerah lain dalam segi kesadaran kolektif masyarakat.
· ROGRAM
MAJDI MENGANGKAT IPM NTB
Nusa
Tenggara Barat jika kita tengok lebih jauh, dalam empat dekade dahulu, bergerak
lambat. Provinsi ini masuk dalam pembangunan manusia peringkat ke-32 dari 33
provinsi dengan nilai 57,8. Di tahun 2004 malah merosot menjadi nomer 33
padahal IPM naik 60,6.[12]
Hal
ini yang mungkin menggerakkan hati sosok muda ini untuk membawa NTB lebih
maju. Warisan organisasi NW dari kakeknya almarhum maulana syeikh
Zainudin Abdul Majid yang setelah itu PBNW diketuai oleh ibundanya umi Rauhun[13] sedikit
tidak memobilisasi dirinya untuk mencoba mencalonkan diri dalam pilgub, tak
ayal beliaupun menang.
Dalam
kepemimpinannya menurut publikasi Badan Pusat Statistik terkait IPM
sepanjang 2008-2010 :
NTB tergolong sebagai 7 provinsi
dengan pencapaian IPM tertinggi, karena mampu mendongkrak pertumbuhan IPM
hingga 0,84 persen per tahun, sepanjang 2008 hingga 2010. Pencapaian NTB di
atas Nusa Tenggara Timur, dan berada dibawah Sulawesi Selatan dengan 0,99
persen, Bali (0,92), Papua Barat (0,88), Jawa Timur (0,88), dan Kalimantan
Selatan (0,88). NTB bahkan jauh mengungguli pencapain DKI Jakarta yang berada
pada nomor buncit yang hanya mencapai pertumbuhan 0,37 persen. Pencapaian
tinggi pertumbuhan IPM NTB didasarkan pada sejumlah tolak ukur. Untuk parameter
kesehatan, dalam kurun waktu tiga tahun itu, Usia Harapan Hidup di NTB
meningkat 0,61 tahun dari posisi 61,50 menjadi 62,11 tahun.
Itu
adalah kondisi riil IPM NTB tahun 2010. dan kondisi riil dua tahun sebelum
publikasi. "Jadi IPM NTB tahun 2012-2013 baru akan dipublikasi BPS tahun
2015.
Pertumbuhan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB kurun tiga tahun terakhir nangkring pada
posisi keenam di Indonesia. NTB masuk dalam tujuh provinsi dengan
pertumbuhan IPM tertinggi. Pencapaian ini sudah lebih dari cukup mengonfirmasi,
bagaimana NTB dikelola kurun tiga tahun terakhir, terutama terkait ikhtiar
mendongkrak daya beli masyarakat, meningkatkan layanan kesehatan, dan
memeratakan layanan pendidikan, tiga pilar tolak ukur IPM.
Pada
bulan Desember lalu pemerintah Indonesia bersama dengan 189 negara lain
berkumpul menghadiri puncak pemilihan Millenium Development Gold (MDG) Award
yang berada di New York dan pada saat itu juga ditanda tangani deklarasi MDG
Award. BAPENAS memberikan penghargaan kepada Majdi atas prestasinya di NTB
meraih MDG Award tersebut, pemberian the Millenium Development Gold Award
kepada provinsi NTB yang artinya bahwa provinsi NTB dianggap sebagai provinsi
yang paling progresif, dari pencapaiannya itu paling baik dibandingkan provinsi
lain untuk mencapai tujuan-tujuan MDG tersebut.
Yang
dilakukan Madji ialah meningkatkan sektor-sektor pembangunan sosial seperti
kesehatan yang menyangkut kesehatan ibu dan anak. Yang ia tekankan diantaranya
melengkapi ujung tombak-ujung tombak pelayanan-pelayanan kesehatan dasar yakni
posyandu-posyandu yang sangat depan bersentuhan dengan masyarakat yang bisa
menjangkau masalah-masalah kesehatan di tingkat yang paling dasar, dan beberapa
regulasi juga ia pastikan agar kaum perempuan mendapat pelayanan dasar yang baik
di antaranya peraturan yang mengatur persalinan itu harus ditangani oleh bidan
yang sudah terlatih di samping itu untuk menunjang regulassi tersebut
diadakannya pelatihan-pelatihan dengan dua digit artinya alokasi sekitar 10 %
dari APBD. Kemudian dalam bidang pendidikan, dengan mengalokasikan 20 %
anggaran untuk sektor pendidikan. Majdi menekankan pemberian alokasi dana untuk
memastikan bahwa siswa tidak mampu itu dapat tetap sekolah, ia berpendapat
siswa miskin di NTB itu tidak boleh tidak sekolah dengan alasan ekonomi
sehingga ada program yang namanya BSM (bantuan siswa miskin).
· PROGRAM
BUMI SEJUTA SAPI (BSS)
Salah
satu program unggulan Majdi yang juga terbilang sukses ialah Program Bumi
Sejuta Sapi. Ia melihat sumberdaya yang musti dikembangkan juga peternakan
sapi, karena sebagian besar warga NTB adalah peternak dan petani. Program NTB
BSS itu merupakan bagian dari upaya pencapaian target swasembada daging di
Indonesia pada tahun 2010. Semenjak peluncuran program BSS saat HUT ke-50
Pemerintah Provinsi NTB, 17 Desember 2008, sekaligus
tindak lanjut dari Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) 2014. berbagai upaya telah dilakukan seperti
pembuatan dokumen perencanana "Blue Print" BSS yang melibatkan para
pakar dan peneliti.
Dokumen
tersebut menjabarkan secara rinci mengenai hasil akhir program BSS dalam kurun
waktu lima tahun yang meliputi cara atau proses pencapaian dan pelaksanaannya
sebagai acuan dan pedoman bagi semua pihak.
Upaya lainnya yakni penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Gubernur NTB
dengan Dirjen Peternakan, yang ditindak lanjuti dengan dukungan dana
dekonsentrasi tahun anggaran 2009 sebesar Rp16,25 miliar.
Dana itu dipergunakan untuk pengadaan dan operasional 50 orang tenaga Sarjana
Membantun Desa (SMD) di bidang peternakan. Gubernur NTB itu juga telah
menandatangani nota kesepahaman dengan bupati se-pulau Sumbawa tentang
pengembangan peternakan sapi sistem padang penggembalaan (disebut Lar dalam
bahasa daerah Sumbawa dan So dalam bahasa daerah Bima/Dompu) Kesepakatan
Gubernur NTB dengan bupati se-pulau Sumbawa itu telah ditindak lanjuti dengan
pembahasan secara intensif pengembangan 'pilot project' Lar Limung dengan luas
areal 1.007 Hektare di wilayah Kecamatan Moyo Utara dan Kecamatan Moyo Hilir,
Kabupaten Sumbawa.
Walhasih NTB ikut membantu mengatasi kelangkaan daging sapi di wilayah Jakarta
Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan mengirim sebanyak 5.000
ekor sapi potong. Majdi menuturkan "Ketika terjadi kelangkaan daging sapi
di Jabodetabek sehingga harganya naik sampai Rp 95 ribu, bahkan Rp100 ribu per
kilogram, maka Alhamdulillah NTB bisa berkontribusi dengan 5.000 ekor
sapi,"[14].
Seperti diketahui, setiap tahun
NTB mengantarpulaukan sapi ke daerah lain di Indonesia, seperti 5.000 ekor ke
Jabodetabek. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, ternak
sapi bibit dan potong yang diantarpulaukan dari Pulau Lombok dan Sumbawa,
Provinsi NTB sepanjang 2012 mencapai 37.000 ekor, atau sekitar 30 persen dari
potensi yang dimiliki.[15]
D. PENUTUP
Krisis
kepemimpinan yang terjadi di Indonesia, membuat sebagian kalangan pisimis akan
keberlangsungan republik ini. telaah kepemimpinan TGB ini memberikan
angin segar kepada kita semua bahwa masih banyak figur-figur pemimpin yang
masih pro terhadap rakyat. Tuan guru Bajang, Sri
Rismaharini, dan masih banyak contoh lain yang belum sama sekali
kita kemukakan diskusi-diskusi baik di forum-forum atau di warung kopi.
Program-program
yang di ciptakan Gubernur termuda di atas sebenarnya refleksi dari visi yang
dia buat yaitu:”NTB Yang Beriman, Berbudaya, Berdaya Saing Dan Sejahtera”.
Keberagamaannya tetap kuat, kebudayaannya tetap ada sampai kapanpun tetapi pada
saat yang sama juga ada daya saing dengan provinsi-provinsi di sekitarnya dan
cita-citanya tentu masyarakat NTB menjadi masyarakat yang sejahtera.
Dari
visi di atas lahir program-program yang pro terhadap umat seperti Visit
Lombok Sumbawa, Program Pendidikan Dan Kesehatan, Program
Bumi Sejuta Sapi dan sebenarnya masih banyak lagi program-program yang
pemakalah tidak cantumkan di atas.
[1] Masih hidup budaya-budaya yang mirip dengan kebudayaan
bali seperti budaya seni gambelan, ogoh-ogoh, seni tari dll.
[2] Masuknya Islam ke pulau lombok di awali dari masuknya
pedagang-pedagang nusantara yang beragama Islam kemungkinan abad ke-15. Yang
sebelumnya pada abad ke 13-14 Lombok di bawah kekuasaan Majapahit.
Sebutan untuk tingkatan kasta bangsawan dalam suku sasak,
kasta ini masih eksis di masyarakat sasak sampai sekarang.
Mayoritas kaum menak tinggal di pedesaan yang masih memegang
adat istiadat yang kuat. Hubungan darah biru ini ditandai dari nama
individu-individu seperti : Lalu untuk laki-laki,Baiq untuk
perempuan. Apabila laki-laki dari kalangan bangsawan menikah dengan
wanita yang bukan golongan bangsawan, status bangsawannya masih melekat dan
keturunannya masih bernama lalu dan baiq. Berbeda
halnya dengan wanita yang berasal dari kaum bangsawan menikah dengan laki-laki
yang bukan bangsawan maka kasta menaknya akan hilang.
[4] Panggilan untuk Dr. Zainul Majdi, MA.
[5] Lihat. Sarjono, Politik Tuan Guru Bajang “Fajar
Kebangkitan Demokrasi di Lombok” (Malang: ENZAL Press, 2012). Dalam
buku ini Sarjono menggambarkan bagaimana kebangkitan tuan guru dan peran
penting Publick relation dalam kesuksesan pilkada.
[6] Pendirian dua madrasah tersebut sebagai bentuk
penghargaan terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perampuan. Di mana pada
saat itu perampuan masih dianggap kelas kedua di masyarakat sasak. Upaya
tersebut sejalan dengan ungkapan Daryagant “ Education Women Made Great
Contribution To The Cause Of Education And Learning. They Became The Source Of
Guidance And Enlightment For The Society” lihat, Daryagant Kalan Mahal,
Kitab Bhavan (New Delhi: Prince Offset Press Pataudi Hause, 1784), h. 34.
[7] periode pertama diusung koalisi PBB dan PKS.
[8] Lihat. Compas online. http://nasional.kompas.com/read/2013/02/11/.
[9] Penghargaan sebagai Gubernur Termuda di Indonesia oleh
Museum Rekor Dunia Indonesia. Pada saat dilantik sebagai Gubernur NTB, 17
September 2008, Majdi berusia 36 tahun tiga bulan 17 hari.Gubernur termuda sebelumnya adalah Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono
Najamuddin berusia 36 tahun lima bulan pada saat dilantik Maret 2006.
[10] Di tahun-tahun pemerintahannya, Provinsi NTB banjir Prestasi pembangunan.
Setelah sehari sebelumnya, Kamis, (2/12/2010) Gubernur NTB, Zainul Majdi.,
menerima penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan
dikukuhnya NTB sebagai Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi ITA di
Metro TV, Penghargaan yang tidak kalah bergengsinya kembali diterima
gubernur termuda di Indonesia itu, Jumat, (3/12/2010) berupa penghargaan
di Bidang Pangan dari Presiden RI atas Prestasi meningkatkan produksi Padi
(P2BN) lebih dari 5 pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berkat beliauNTB berhasil mencatat peningkatan produksi padi tertinggi
di Indonesia yang mencapai 14,7 pada periode (2007-2008). Penghargaan tersebut
diserahkan langsung oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara
Pukul.09.00 WIB Tahun 2011.
[11] Sarjono, Politik Tuan Guru Bajang “Fajar
Kebangkitan Demokrasi di Lombok” (Malang: ENZAL Press, 2012), H. 104.
[13] Awal tahun 1999, dua bersaudari anak TGH. Zaenudin
Abdul Majid saling berseteru, Rauhun anak yang lebih tua memenangkan tampuk
kekuasaan NW, sehingga menggeser adiknya Raehanun ke Desa
pegunungan Anjani. Lihat tulisan Jhon M. MacDougall, Kriminalitas
Dan Ekonomi Politik Keamanan Di Lombok,dalam Buku Politik Lokal
Di Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 390.
[14] kata Zainul pada panen pedet
(anak sapi) di Balai Inseminasi Buatan (IB) Banyumulek, Kecamatan Kediri,
Kabupaten Lombok Barat, NTB. Yang dihadiri dihadiri Menteri Pertanian (Mentan)
Suswono, dan Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek Kemristek Idwan Suhadi, serta
pejabat terkait lainnya, juga sejumlah pimpinan perusahaan yang bergerak di
bidang permodalan