KESALAHAN RESMI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Entengnya lidah mengucapkan "harta, tahta dan wanita"
bukan sebatas kebetulan di mana fonem-fonem pembentuk kata dan kalimatnya yang
bertaut halus sehingga kerongkongan dan lidah begitu mudah meloloskan bunyi itu
melalui gusi dan bibir. Kendang telingapun merasakan buaian ketika menerima
getarannya.
Dalam idealisasi hidup, ketiga faktor: harta, tahta dan wanita
menempati posisi stretagis dan tak tergantikan. Tanpanya ide bahagia dunia dan
akhirat itu hanyalah uthopia belaka.
Adagium harta tahta dan wanita berurutan bagai anak tangga dan
pencapaiannya berlangsung hirarkis; Dengan hartalah tahta diraih, setelah harta
dan tahta didapat pada ujungnya akan diperhambakan untuk meraih wanita. Tentu
saja adagium ini digunakan secara negatif karena ranah terapannya digambarkan
di dalam lingkaran nafsu, syahwat dan birahi. Nafsu dan syahwat yang melampaui
akal sehat akan memperbudak akal fikiran manusia. Berikut kata pujangga Ibnu
Duraid:
" Nafu syahwat adalag predator bagi akal, barang siapa yang
akalnya mampu mengekang syahwatnya maka selamatlah dia"
Adalah kesalahan besar dalam adagium itu karena meletakkan kata
wanita pada jajaran objek. Cleopatra telah membuktikan bahwa wanitapun, setelah
mendapatkan harta dan kekuasaan bisa menjadi subjek atau lebih tepatnya budak
dari harta dan kekuasaannya. Cleo menjadi petualang syahwat sepanjang tiga
dinasty (Ptolemy, Yulis Caesar dan Mark Anthony). Semua hal akan menjadi enteng
dan diperalat untuk memenuhi syahwatnya: menikahi dan membunuh ayah serta
saudaranya, berselingkuh, menikahi dan akhirnya membunuh para kaisar dan
ksatrianya.
Lebih dahsyat dari itu adalah Lucrezia, seorang wanita yang
tidak hanya diperbudak oleh harta, tahta dan syahwat tetapi juga melibatkan
ideologi agama. Kekejaman kemanusiaan yang tidak terperi sanggup dilakukannya
sehingga (konon) Wanita yang menyamar sebagai Paus Roma ini saban hari
menyembelih gadis-gadis dan mandi dengan darah mereka untuk sekedar
mempertahankan kemulusan kulitnya [Baca: Buku 'Sign of the Cross' yang ditulis
Chris Kuzneski].
Nasi telah menjadi bubur, seharusnya adagium itu berbunyi:
"harta, tahta dan syahwat". Hanya saja kedengarannya tidak begitu
enak. Manusia memang kenyataannya lebih suka ke-enakan ketimbang kebenaran.
Mungkin karena itulah Al-Qur'an mengharamkan mendekati apa saja yang akan
menenggelamkan manusia ke dalam kubangan syahwat "Jangalah kau dekati
zina, karena dia penuh kenistaan dan jalan yang terburuk" (Q.S.: An-Nisa
22, Al-Isra 32).
Gejolak fikiran seperti apa yang membekap otak kita ketika
menyaksikan seorang manusia bernama Freddy Budiman yang sanggup bekerja keras
dan dalam bahaya pula sebagai aktor utama pengedar narkoba berskala dunia.
Untuk apa dia begitu tega menghancurkan masa depan puluhan juta anak manusia
termasuk dirinya sendiri? Renungkanlah penuturan penuturan Vanny Rossyane, yang
mengaku sebagai kekasih Freddy, Juli 2013, tentang Fasilitas bilik asmara di LP
Narkotika Cipinang, [Baca: Kompasdotcom]
Satu hal lagi yang penting diingat tentang para petualang
syahwat dan birahi (tak peduli laki-laki atau wanita): Akhir hidupnya tragis
dan memilukan.
Sekalipun Rasulullah s.a.w. melarang keras sikap iri, karena iri
itu (sabda beliau) bagaikan api yang sedang melahap kayu bakar. Namun iri dibolehkan
ketika kita melihat "ilmuwan dan hartawan" yang menggunakan ilmu atau
harta mereka dengan benar dan pada hal-hal yang benar. Implementasi sikap iri
yang benar disini adalah: Jika anda sendiri dikaruniai kepintaran dan atau
kekayaan maka JANGANLAH menjadikannya alat untuk memuaskan nafsu syahwat. Oh
ya, hampir lupa 'Saya juga' kena. Maka berhati-hatilah kita semua, sebab kita
juga manusia khan?
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.