Sepuluh hari yang lalu, aku tinggalkan anak dan istriku,
berfikir sendiri, lmenuju sebuah pulau bertanah merah . diatasnya aku mencoba
bertahan hidup menghadapi kerasnya persaingan dengan lilitan hutang yang kian
mengguruta.
Disebuah padang di penghujung oktober, kini aku mulai
menemukan kehidupan yang telahku tingggalkan, semenjak meninggalkan
anak-anakku,dan istri yang sedang mengandung anak ketigaku, tak ada yang bisa
aku jelaskan dengan alasan yang paling mendasar sehinggga aku meningggalkan
anak-anak murid disekolah tempatku mengabdikan ilmu pengetahuanku,orang tua dan
orang-orang yang selalu bersama-sama denganku selama ini.
Di sebuah padang yang sesak dengan tumbuhan ilalang aku
mencoba mencari jarak,mengamati jengkal demi jengkal tanah yang mungkin bisa
aku duduki, kemudian mengatakan kepada alam betapa kerasnya sebuah perjuangan.
Disebuah padang, saat matahari sudah mulai condong dan
memudarkan sengatnya, ketika bayangan pohon-pohon sudah mulai memanjang kearah barat, aku mulai
membuka lembaran baru buku yang telah aku pesan dari teman beberapa hari
kemarin ketika kuhirup udara segar berkabut tipis yang menyelimuti pepohonan
sawit yang berbaris rapi bagaikan serdadu perang yang menghijau sepanjang
pegunungan, ketika hujan telah mengguyur bumi.
Penajam Pasir Utara, Kaltim,
30 oktober 2015 (Abu Ikbal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar