Seorang hamba memiliki dua kekuatan. Pertama. Kekuatan mengetahui dan
menganalisa, serta segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keduanya,
berupa ilmu, pengetahuan dan kemampuan berbicara. Kedua.Kekuatan
kehendak dan cinta, serta segala hal yang mengikutinya, berupa niat, tekad, dan
perbuatan.
Syahwat
membuat kekuatan kehendak untuk menunaikan perintah menjadi lemah selama tidak
dibersihkan dan dihilangkan.
Allah
SWT berfirman, “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad)
tidak sesat dan tidak pula keliru,
“(QS al-Najm: 1-2)
Tidak
tersesatnya Nabi Muhammad SAW ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan pengetahuan
beliau. Hal ini juga menunjukkan bahwa segala berita yang beliau bawa adalah
benar adanya.
Ketidak
keliruan beliau menunjukkan sempurnanya kebenaran yang beliau bawa, dan
menunjukkan bahwa beliau adalah manusia pilihan di dunia ini.
Dengan
demikian, beliau adalah seorang hamba yang sempurna ilmu dan amalnya. Beliau
juga menyebut bahwa para Khulafa’urrasyidin mempunyai sifat-sifat yang layak
menjadi panutan, sehingga beliau memerintahkan umatnya untuk mengikuti mereka.
Rasulullah
SAW bersabda, “Ikutilah
sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur-raasyidun, yang mendapatkan petunjuk
sesudahku,” (HR
Tirmidzi)
Mengikuti petunjuk Allah SWT adalah
membenarkan pemberitahuan-Nya tanpa menampakkan keraguan yang merusak
pembenaran itu, serta melaksanakan perintah-Nya tanpa adanya hawa nafsu yang
menjadi penghalang.
Kedua
hal ini merupakan inti keimanan, yaitu pembenaran berita dan ketaatan terhadap
perintah. Kemudian kedua hal tersebut diikuti dua perkara.
Yaitu
meniadakan keraguan yang menghalangi dan mengotori kesempurnaan pembenaran itu,
serta menolak hawa nafsu yang menyesatkan dan menggoda yang menghalangi
kesempurnaan pelaksanaan perintah-Nya.
Jadi
mengikuti petunjuk Allah SWT terdapat, membenarkan pemberitahuan-Nya, berusaha
sekuat tenaga untuk menolak dan melawan segala keraguan yang dibisikkan
setan-setan dari jenis jin dan manusia. menaati perintah-Nya, dan melawan hawa
nafsu yang menghalangi seorang hamba dalam menyempurnakan ketaatan.
Keraguan
dan hawa nafsu merupakan pangkal kesengsaraan hamba dan penyebab penderitaan
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebaliknya, pembenaran terhadap wahyu dan
ketaatan terhadap perintah-Nya merupakan pangkal kebahagiaan dan keberuntungan
di dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar