Minggu, 14 Februari 2016

Dua Kekuatan Manusia

Seorang hamba memiliki dua kekuatan.  Pertama. Kekuatan mengetahui dan menganalisa, serta segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keduanya, berupa ilmu, pengetahuan dan kemampuan berbicara.  Kedua.Kekuatan kehendak dan cinta, serta segala hal yang mengikutinya, berupa niat, tekad, dan perbuatan.
Syahwat membuat kekuatan kehendak untuk menunaikan perintah menjadi lemah selama tidak dibersihkan dan dihilangkan.
Allah SWT berfirman, “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, “(QS al-Najm: 1-2)
Tidak tersesatnya Nabi Muhammad SAW ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan pengetahuan beliau. Hal ini juga menunjukkan bahwa segala berita yang beliau bawa adalah benar adanya.
Ketidak keliruan beliau menunjukkan sempurnanya kebenaran yang beliau bawa, dan menunjukkan bahwa beliau adalah manusia pilihan di dunia ini.
Dengan demikian, beliau adalah seorang hamba yang sempurna ilmu dan amalnya. Beliau juga menyebut bahwa para Khulafa’urrasyidin mempunyai sifat-sifat yang layak menjadi panutan, sehingga beliau memerintahkan umatnya untuk mengikuti mereka.

Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur-raasyidun, yang mendapatkan petunjuk sesudahku,” (HR Tirmidzi)
Mengikuti petunjuk Allah SWT adalah membenarkan pemberitahuan-Nya tanpa menampakkan keraguan yang merusak pembenaran itu, serta melaksanakan perintah-Nya tanpa adanya hawa nafsu yang menjadi penghalang.
Kedua hal ini merupakan inti keimanan, yaitu pembenaran berita dan ketaatan terhadap perintah. Kemudian kedua hal tersebut diikuti dua perkara.
Yaitu meniadakan keraguan yang menghalangi dan mengotori kesempurnaan pembenaran itu, serta menolak hawa nafsu yang menyesatkan dan menggoda yang menghalangi kesempurnaan pelaksanaan perintah-Nya.
Jadi mengikuti petunjuk Allah SWT terdapat, membenarkan pemberitahuan-Nya, berusaha sekuat tenaga untuk menolak dan melawan segala keraguan yang dibisikkan setan-setan dari jenis jin dan manusia. menaati perintah-Nya, dan melawan hawa nafsu yang menghalangi seorang hamba dalam menyempurnakan ketaatan.
Keraguan dan hawa nafsu merupakan pangkal kesengsaraan hamba dan penyebab penderitaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebaliknya, pembenaran terhadap wahyu dan ketaatan terhadap perintah-Nya merupakan pangkal kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar