Senin, 03 April 2017

sosok TGB Majdi

Namanya mungkin tak setenar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang wajahnya seringkali muncul diberbagai media dan saluran televisi nasional. Namun kepemimpinan dan kinerjanya dalam memajukan daerahnya bisa dibilang mengalahkan jajaran nama-nama ngetop gubernur di Indonesia. Dialah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi atau biasa akrab disapa Tuan Guru Bajang. Mantan Anggota Komisi X DPR RI periode 2004 – 2009 ini terbilang sukses memimpin NTB dengan membawa tingkat pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972, Tuan Guru Bajang adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang pensiunan birokrat Pemda NTB dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain. Gelar Tuan Guru di depan namanya, mencerminkan bahwa dirinya bukan orang biasa. Dia Ulama besar. Tokoh agama paling terhormat di Lombok sejak dari kakeknya. Sang kakek punya nama selangit. Termasuk langit arab, yakni Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid.
Di Makkah, sang kakek dihormati sebagai Ulama Besar. Buku-bukunya terbit dalam bahasa Arab. Banyak sekali. Di Mesir, juga di Lebanon. Menjadi pegangan bagi orang yang belajar agama di Makkah
Sang kakek adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Lombok: Nahdlatul Wathan (NW). Setengah penduduk Lombok adalah warga NW. Di Lombok tidak ada NU. NU-nya, ya NW itu. Kini sang cucu lah yang menjadi pimpinan puncak NW. Dengan ribuan madrasah di bawahnya
Pada zaman demokrasi ini, dengan mudah Tuan Guru Bajang terpilih menjadi anggota DPR. Semula dari Partai Bulan Bintang. Lalu dari Partai Demokrat. Dengan mudah pula dia terpilih menjadi Gubernur NTB. Dan terpilih lagi. Untuk periode kedua tahun ini
Selama karirnya itu, Tuan Guru Bajang memiliki track record yang komplit. Ulama sekaligus Umara. Ahli Agama, Intelektual, Legislator, Birokrat, dan sosok santun serta tutur bahasanya terstruktur. Masa depannya masih panjang, pemahamannya pada rakyat bawah nyaris sempurna
Pada tahun 1997, dirinya menikah dengan Hj. Robiatul Adawiyah, SE, putri KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, pemimpin Ponpes As-Syafiiyah, Jakarta. Pernikahan cucu ulama besar di NTB TGH. KH. Zainuddin Abdul Majid dan cucu ulama besar kharismatik Betawi itu telah dikaruniai 1 putra dan 3 putri, yaitu Muhammad Rifki Farabi, Zahwa Nadhira, Fatima Azzahra dan Zayda Salima.
Bukan hanya dalam pembangunan ekonomi untuk NTB, prestasi yang diukirnya selama menjadi provinsi berjuluk Bumi Gora itu antara lain meraih penghargaan sebagai Gubernur Termuda di Indonesia oleh Museum Rekor Dunia Indonesia pada 28 Oktober 2009.
Pada saat dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008, Majdi berusia 36 tahun tiga bulan 17 hari. Gubernur termuda sebelumnya adalah Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamuddin yang berusia 36 tahun lima bulan pada saat dilantik Maret 2006.
Tuan Guru Bajang juga pernah menerima Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan Bidang Kesehatan. Penghargaan tersebut diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Gubernur NTB H.M. Zainul Majdi pada peringatan Hari Kesehatan Nasional di Jakarta tahun 2009.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Gubernur NTB karena dinilai memiliki komitmen tinggi terhadap pembangunan bidang kesehatan di daerahnya yang ditunjukkan dengan program revitalisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puksesmas) dan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin di luar Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Di penghujung tahun 2010 ini, Provinsi NTB banjir Prestasi pembangunan. Oleh sebab itu, lagi-lagi Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi,MA., menerima penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhkannya NTB sebagai Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi Metro TV.
Penghargaan yang tidak kalah bergengsinya kembali diterima gubernur termuda di Indonesia itu pada 3 Desember 2010, yakni berupa penghargaan di Bidang Pangan dari Presiden RI atas prestasi meningkatkan produksi padi (P2BN) lebih dari 5 pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berbagai prestasi tersebut membuktikan bahwa kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Provinsi NTB telah memberikan dampak yang nyata di tengah-tengah masyarakat.
Pada tahun sebelumnya, NTB berhasil mencatat peningkatan produksi padi tertinggi di Indonesia yang mencapai 14,7 pada periode (2007-2008). Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara.
Atas beberapa prestasi tersebut, maka tidak salah bila Mantan Menteri BUMN era SBY, Dahlan Iskan mendaulatnya sebagai Presiden Indonesia masa depan. Dengan penuh harapan, Dahlan optimis jika Tuan Guru Bajang menjadi orang nomor satu di negeri ini maka Indonesia akan keluar dari himpitan krisis multidimensi.
Kecintaan masyarakat NTB kepada Tuan Guru Bajang telah mengantarkan dirinya menjadi pemimpin mereka selama dua periode yakni masa jabatan 2008-2013 dan 2013-2018.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar