Sabtu, 08 Maret 2014

Al Anfaal dan Politik Balas Budi

saya sering merasa tersinggung mendapati berbagai tudingan miring tentang islam, salah satu tudingan yang sering dilontarkan berbagai media tentang citra islam adalah bahwa islam di sebarluaskan dengan pedang, yang lebih menyakitkan hati adalah tatkala menjumpai adanya pemeluk islam sendiri yang mendorong dan membesar-besarkan tudingan tersebut dengan
banyak alasan.
Al-Anfaal berarti Rampasan perang, secara naluri manusia selalu membutuhkan orang lain dan tidak ada satupun manusia diatas muka bumi ini tidak senang mendapatkan pujian, hikmah lain dari pandangan tersebut adalah ketika di zaman moderen seperti saat ini seiring waktu hampir seluruh prestasi manusia di identikkan dengan balas budi.
Menjelang semakin dekatnya pemungutan suara anggota letislatif sebagai wakil rakyat strategi politik paling manjur adalah dengan politik balas budi, betapa tidak semakin besar prestasi seseorang maka semakin besar pula balas budi yang didapatkan.
secara tektual allah taala menjelaskan secara gamblang surat madaniyah ini dengan permulaan sebuah pertanyaan yang di tujukan secara personal tentang harta rampasan perang yang mana harta tersebut sejatinya adalah milik allah dan rasulnya, kondisi yang dialami muslim ketika itu juga termasuk upaya paling pundamentalis tentang perlakuan terhadap harta yang diperoleh dari perang.
Sedangkan Motif utama Pembagian harta rampasan perang yang di bagikan rasulullah adalah bukan untuk balas budi melainkan sebagai siyasah syari'ah rasul untuk merekatkan solidaritas dan ukhuwwah islamiyyah atas kaum muslimin. harta rampasan perang bukan tujuan dan bukan pula terminal paling akhir. 

Lombok timur , 09/03/2014


Abu Ikbal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar