Di langit sebentar lagi matahari yang jengkel semenjak pagi tadi terhalang awal akan berpaling,digantikan cantiknya piurnama bulan malam berbintang, sembari mengeja abjad abjad dalam keyboard handphone mengaji kembali kitab masalalu yang hampir mengurai ditelan waktu.
Teman dan sahabat silih berganti mngantri kepentingan dan watak namun tak dapat disembunyikan dari mereka raut kekurangan kekurangan atas hasil yang dikumpulkan melalui kerja keras, melawan sistem kapitalistik perusahaan,
Aku yang rindu kepada anak dan istriku di kampung halaman menghitung hari2 dalam sejuta rasa,mengalkulasi kebahagiiaan yang mungkin terjelma dari pertemuan, namun pada hakikatnya tak mengurangi beban dan tanggung jawab atas rumah tangga diatas pondasi keserba terbatasan.
Mendekati hari yang ke 200 setelah tak melihat mereka terlelap disamping tempat tidurku membuat air mata seakan ingin menetes laksana tubuh terpanggang matahari dan keringat muncrat dari pori pori. Senyum dan ketduhan wajah tulus takberdosa dengan hari hari kanak-kanak yang ceria hampir meransang diriku untuk melopat menceburkan diri melintasi lautan indonesia hingga tembus ditanah dwipa pulau sejjuta cerita tanah jawa, melampaui semua penduduknya dan berjumpa dengan keriduan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar